Monday, July 24, 2006
Through the Night Without Aisyah
Sudah seminggu ini saya dan istri pada hari-hari kerja (senin s/d Jumat) melewati malam tanpa kehadiran malaikat kecil kami, Aisyah. Hari ini saja, saya sedang sangat merindukan dia. Padahal Jumat malam sampai hari Minggu kemarin kami bertemu dan bermain bersama. Tapi kata orang tua, saya sebaiknya jangan terlalu memikirkan Aisyah karena ditakutkan nantinya Aisyah akan merasakan juga apa yang saya rasakan dan nanti akibatnya dia akan menjadi rewel.
Apa yang saya dan Lia alami ini memang terpaksa kami lakukan karena pembantu kami yang kami harapkan bisa menemani Aisyah sewaktu kami bekerja, Senin minggu lalu tiba-tiba minta pulang ke kampungnya dengan alasan yang tidak jelas. Saya dan Lia benar-benar kecewa karenanya, bukan karena keinginan pulang pembantu kami tapi karena cara meminta pulangnya yang menurut kami sangat tidak baik. Kalau pembantu tidak ada jadi siapa yang akan menemani Aisyah sewaktu kami kerja?
Semenjak itu Aisyah kami titipkan ke rumah ibunya Lia. Tadinya berpikiran untuk menitipkan tiap pagi hari ketika kami berangkat kerja dan akan kami jemput pulang ketika kami pulang kerja. Tapi setelah dipikir-pikir jam kantor kami yang selesai jam 6 sore dan setelah menempuh perjalanan baru tiba di rumah ibunya Lia sekitar jam 7.30 malam. Kami jadi tidak tega Aisyah harus selalu terkena angin malam setiap harinya. Masalahnya kami mengendarai motor, mungkin beda apabila kami memiliki mobil.
Jadilah kita sepakat untuk menitipkan Aisyah dari hari Senin hingga Jumat, pas weekend baru kita ambil pulang. Sudah dipastikan saya dan Lia setiap harinya merindukan Aisyah yang sebelumnya meramaikan hari-hari kami dengan celoteh dan tingkahnya. Untuk mengurangi kerinduan kami setiap harinya sepulang dari kantor kami menyempatkan diri untuk selalu mampir ke rumah ibunya Lia sampai sekitar jam 9 malam pas Aisyah sudah bersiap untuk tidur kami pulang.
Pulangnya pun kami harus menyelinap tanpa sepengetahuan Aisyah agar dia tidak menangis kalau sadar dia ditinggal ayah dan bundanya. Namun, walau demikian menurut cerita dari adik-adiknya Lia, Aisyah setiap ingin tidur selalu mencari ayah dan bundanya dan kadang Aisyah menangis sebelum akhirnya bisa tidur setelah dikelonin ibunya Lia. kalau mendengar demikian hati orang tua mana yang tidak sedih. Apalagi Lia yang memiliki hati seorang ibu. Saya saja selalu sedih dan sangat merindukan Aisyah.
Hampir tiap hari saya mendengar cerita dari Lia tentang pendapat teman-teman kami yang bilang "Kalo gue sih gak bisa tuh ninggalin anak begitu" atau ada lagi yang bilang "Kalo gue sih bakal jual ape kek buat cari tempat tinggal deket orang tua biar gak jauh dari anak". Terus terang saya geram mendengarnya. Karena saya pikir mereka tidak dalam keadaan seperti kami saat ini. Jadi gak usah sok tau! Sok akan punya jalan keluar yang semudah itu! dan apa mereka pikir kami BISA niggalin anak seperti ini kalau bukan karena sangat terpaksa? Jadi gak usahlah berkomentar kalo mereka gak pernah ngalamin seperti kami ini!
Sekarang ini kami hanya bisa pasrah dan berdoa semoga kami diberi jalan keluar dan kemudahan oleh Allah SWT...
... Amin
Ditulis Ozzan 12:48:00 AM ||