Monday, June 11, 2007
Mencoba Berserah Diri
"
Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhan-nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
(QS. al-Baqarah: 112).
Saya dan
Lia sedang berada pada sebuah gerbang dimana saat waktunya kami melewati "gerbang" itu maka saya adalah satu-satunya orang yang menjadi tulang punggu keluarga. Insya Allah bulan Agustus depan Lia akan berhenti dari tempat kerjanya untuk menjadi
full time mother. Suatu cita-citanya yang dari dulu dia damba-dambakan. Namun, insya Allah di bulan itulah baru terlaksana.
Dari sisi manusia kami, kami sadar bahwa dari segi finansial akan berkurang jumlahnya. Selama 3 tahun lebih kami berdua mencari nafkah dan kondisi finansial kami menjadi lebih mencukupi dan meyakinkan untuk kebutuhan keluarga kami. Namun, kondisi demikian haruslah dibarengi dengan pengorbanan yang harus diterima anak kami, Aisyah.
Aisyah harus kami tinggal bersama neneknya selama kami bekerja dan ini menjadikan Aisyah lebih banyak melewati waktu bersama neneknya di banding dengan kami, walau tiap akhir pekan kami habiskan bersama tapi rasanya tidak sebanding dengan waktu yang dilewati bersama neneknya itu. Inilah yang menjadi kebimbangan Lia sebagai ibunya, dia merasa harusnya dialah yang menghabiskan waktu bersama anaknya, membimbing dan mendidik Aisyah agar menjadi anak sholeha dan siap untuk masa depannya. Selain itu juga kami sudah merasa berdosa karena sudah terlalu banyak merepotkan orang tua.
Mungkin, Allah sudah memberikan jalan buat kami berdua dengan rezeki yang Allah berikan dengan diterimanya saya di kantor saya yang baru ini. Sehingga baru kali ini kami berani mengambil keputusan. Walau dari segi hitung-hitungan manusia jumlah kebutuhan finansial tetap kurang tapi kami yakin Allah Yang Maha Pemberi Rezeki. Itulah hikmah yang coba kami dalami, "Total berserah diri kepada Allah". Sambil tetap ikhtiar, kami berserah diri dan yakin bahwa Allah akan selalu bersama kami.
Ternyata masih banyak orang khususnya sesama muslim yang masih tidak percaya kepada Allah. Banyak rekan-rekan kami meragukan keputusan yang kami ambil. Karena memang Lia sebenarnya mendapatkan kesempatan berangkat haji dengan dibiayai pemilik kantornya, namun ada alasan yang kuat sehingga sangat terpaksa untuk tidak bisa menerimanya. Mereka lebih percaya hitung-hitungan sebagai manusia daripada percaya kepada Allah. Padahal Allah-lah yang bisa menjadikan sesuatu yang tidak mungkin dari logika manusia menjadi mungkin. Kami yakin yang memberangkatkan kami haji bukanlah siapapun orang yang memiliki kekayaan berlimpah melainkan hanya Allah-lah yang maha kaya atas segalanya.
Inilah mungkin saat dimana kami, insya Allah, membuktikan kepada mereka bahwa apabila kita menjadi manusia yang total yakin kepada Kekuasaan-Nya maka Allah akan melapangkan segala urusan kita. Sebagaimana firman allah dalam salah satu hadist qudsi yang berbunyi
"Aku seperti perkiraan hamba-Ku kepada-Ku."
Labels: Catatan, Curhat
Ditulis Ozzan 4:44:00 PM ||