Tuesday, February 06, 2007
Banjir 3 Februari 2007
Banjir tahun ini merupakan banjir terparah yang pernah ada, setidaknya itulah yang saya rasakan. Ketika tahun 2002 lalu, saat itu saya masih tinggal bersama ibu saya, banjir di daerah rumah orang tua di Jl. Kemuning. Pejaten Timur. Hanya sebatas menggenangi ruang tamu setinggi kurang dari mata kaki. Namun tahun ini, Masya Allah, genangan mencapai setinggi 2 meter lebih.
Sekitar jam 5 sore air sudah mulai naik ke jalan depan rumah orang tua saya. Saya dan beberapa saudara saya yang sudah bersiap-siap menghadapi banjir tidak menyangka air begitu cepat naik. Awalnya kami berpikir air hanya akan sampai di ruang tamu sebagaimana banjir tahun 2002. Namun perkiraan meleset tajam. Segera saja kami memperioritaskan barang elektronik dan surat berharga yang dinaikkan ke lantai 2 rumah, dimana lantai 2 tersebut teradpat 1 kamar tidur dan juga tempat menjemur pakaian.
Air sangat cepat naik, tak terasa air sudah sampai sepinggang. Saat itu kami disibukkan dengan kulkas yang sudah terangkat naik oleh air. Kami sadar sudah waktunya untuk meninggalkan rumah karena air masih saja naik. Saat itu juga kami putuskan untuk keluar dari rumah. keponakan perempuan kami, Fitria, kami perioritaskan untuk lebih dahulu keluar dari rumah. Namun ternyata sesampainya di depan rumah ternyata air sudah sangat tinggi. Om dan teman adik saya, Thomas, berhasil keluar dan ke tempat yang lebih tinggi. Sementara Fitria sudah tak sanggup lagi, akhirnya saya dan
adik saya, Ozzy, memutuskan kembali ke rumah dan naik ke lantai 2. Hujan menambah dingin air, bagai berenang di air es hingga membuat tulang kami serasa ditusuk-tusuk, mengigil.
Saya,
Ozzy dan Fitria tinggal di lantai 2. Sambil memperhatkan air yang masih saja naik. Hujan masih turun deras. Kami berharap bantuan segera datang. Ternyata beberapa tetangga juga ada yang menyelamatkan diri ke atap rumah. Kami saling berkomunikasi untuk mengetahui keadaan masing-masing.
Sekitar jam 1 malam sudah ada perahu karet yang tiba, namun kami harus menunggu giliran karena banyak yang harus diselamatkan. Baru sekitar jam 2 malam kami berhasil dievakuasi oleh satuan dari Marinir yang membawa perahu karet. Alhamdulillah kami semua tidak mengalami cidera, hanya dingin yang membuat tubuh ini terus menggigil. Kami akhirnya mengungsi ke rumah saudara kami di Jl. Samali. Pejaten. Dan saya kembali ke rumah saya yang disambut istri tercinta yang menunggu dirumah dengan khawatir.
Esok harinya, sekitar jam 7 pagi kami kembali ke rumah orang tua untuk melihat keadaan. Air sudah surut walau masih setinggi lutut dan perlahan mulai turun. Walau pada jam 1 siang air kembali naik namun, alhamdulillah, hanya sampai selutut dan perlahan mulai surut.
Hari Senin, 5 Februari 2007, kemarin saya memutuskan untuk tidak masuk kantor karena ingin ikut membersihkan rumah ibu saya. Lumpur dimana-mana sementara barang-barang berserakan. Ibu saya tetap tabah melihat itu semua dan kami mulai mengumpulkan barang-barang yang masih bisa digunakan. Diperkirakan buth waktu seminggu untuk memulihkan keadaan seperti semula, walau sepertinya tidak mungkin pulih seperti semula ketika belum dilanda banjir.
Kami masih bersyukur kami semua masih diberi kesehatan oleh Allah SWT. Karena semua kejadian pasti ada hikmahnya.
Labels: Catatan, Curhat
Ditulis Ozzan 1:51:00 PM ||