Tuesday, April 05, 2005
Kesabaran Mamaku
Aku memanggilnya "Mama", sesosok wanita yang kini mulai memasuki umur senja dengan rambut yang sudah memutih dan mulai memiliki kerutan umur di wajahnya. Dialah ibuku, seorang ibu yang telah menghadiahkan saya kehidupan lewat perjuangan antara hidup dan mati dan menjadikan dunia yang saya diami ini terasa sejuk. Adalah Ibuku yang telah menjadi guru bagi saya agar menjadi seorang manusia yang ahli Sabar. Sabar dalam menjalani kehidupan ini dan memasrahkan diri hanya kepada Dzat yang Paling Agung, yaitu Alloh swt. Kesabarannya adalah panutan yang bila dibandingkan dengan ibu-ibu yang lain yang saya kenal tidaklah sebanding yang dimiliki oleh ibu saya. Memang, untuk menjadikannya ia seorang ibu yang sabar tidaklah mudah karena harus melalui perjalanan yang panjang dan ujian yang maha berat.
Ujian yang ibuku hadapi datang lewat almarhum bapakku. Kala itu, ibuku harus berjuang untuk mempertahankan cintanya kepada bapak. Yang dilakukannya hanyalah berdoa dan berdoa, meminta kepada Yang Maha menggenggam hati semua manusia agar hati suaminya dapat kembali kepadanya. Namun, jawaban yang diharapkan tak kunjung datang. Setiap malam saya selalu menyaksikan ibuku sedang menangis di atas hamparan sajadahnya. Hari berlalu, bulan pun berlalu, bahkan tahun demi tahun ia lewati dengan terus menjadi istri yang selalu melayani suami dengan ikhlas seperti tidak terjadi apa-apa, mengesampingkan hatinya yang sedang terkoyak untuk berikhlas diri melayani suami hanya untuk ridho Alloh. Ibuku juga tidak melepaskan harap kepada Alloh.
Ibuku tidak pernah melepas kepercayaannya bahwa Alloh selalu mendengarkan doa hambanya, dikala mungkin orang lain atau bahkan saya sendiri sudah berputus asa. Tapi tidak dengan ibuku. Dia menyerahkan kembali ujian ini kepada Alloh karena ibuku percaya ini adalah ujian dariNya dan hanya Allohlah yang akan memberikan jalan keluar. Setelah sekitar kurang lebih 10 tahun ibuku bersabar atas ujian tersebut, Alloh yang Maha Agung menjawab doanya. Dibukakannya "mata" bapak untuk melihat ketulusan cinta dari Ibuku dan dikembalikanlah bapakku ke pelukannya dan juga keluarga kami. Sungguh Alloh Maha pengasih lagi maha penyayang umatnya dan Alloh akan mendengar semua doa umatnya.
Akan tetapi, Alloh ternyata masih ingin melihat seberapa besar Cinta ibuku kepadaNya. Maka sepulang bapak ke dalam pelukan ibuku kembali, tidak berapa lama bapakku menderita penyakit, penyakit yang cukup parah dan sangat beresiko akan kematian. Bapakku menderita tumor ganas yang menyerang hatinya. Ibuku kembali meminta pertolongan kepada Alloh, tuhannya, sambil berihktiar untuk menyembuhkan penyakit ayahku. Kini disetiap malam ibuku tidak lagi menangis di hamparan sejadah di kamarnya, tapi kini ia berdoa di hamparan sejadah di kamar perawatan bapak di rumah sakit. Tiap malam ia dengan setia menemani bapakku sambil menyelimutinya dengan cinta dan kasih sayang.
Setelah melakukan segala usaha untuk menyembuhkan penyakit bapak lewat operasi dan obat-obatan. Akhirnya bapak tidak bisa ditolong lagi, pada 11 Juli 1998, bapakku dipanggil oleh Sang Pencipta dan untuk kesekian kalinya ibuku kehilangan bapak. Namun, kali ini ia tidak menangis. Ibuku dengan tabah menerima putusan Alloh untuk melepas pergi bapak, ia tahu Alloh sayang kepada bapak yang lebih baik kembali kepadaNya daripada tersiksa dengan penyakitnya. Sungguh suatu kesabaran yang menurut saya tidak ada duanya, bertahun-tahun ia berharap bapak kembali ke pelukanya dan di saat ibuku baru sebentar merasakan pelukan hangat bapak kembali ia harus dengan Ikhlas melepasnya kembali. Itulah yang membuat saya belajar agar menjadi manusia yang ahli sabar dan semua itu saya dapat hanya dari Mamaku.
Aku menyayangimu mama dan akan selalu menyayangimu sampai akhir hayatku.
Ditulis Ozzan 9:15:00 PM ||